CATATAN KEMATIAN MUSA
Masalah mengenai catatan kematian Musa ini merupakan masalah yang terdapat di dalam Kitab Pentateukh, yaitu di dalam kitab Ulangan. Mengenai masalah ini ada pendapat yang menyatakan bahwa catatan kematian Musa ini dicatat atau ditulis oleh Musa sendiri. Namun ada juga pendapat yang menyatakan bahwa catatan kematian Musa ini tidak ditulis oleh Musa melainkan oleh orang lain, dan ditambahkan dalam kitab Pentateukh.
Para ahli yang berpendapat bahwa catatan kematian Musa ditulis oleh orang lain karena mereka melihat adanya petunjuk-petunjuk mengenai adanya kemungkinan penambahan setelah Musa dalam kitab Pentateukh.
Beberapa petunjuk tersebut ialah:
Bilangan 12:3, sebuah ayat yang melukiskan Musa sebagai orang yang sangat lembut hatinya di atas muka bumi ini. Bagaimana mungkin Musa memuji dirinya begitu tinggi jika ia sungguh-sungguh seorang yang begitu lemah lembut hatinya? Mereka menganggap bahwa ayat ini ditambahkan oleh seorang editor yang memasukkan ayat itu sebagai sebuah komentar sisipan. Dan editor yang mereka anggap itu kemungkinan adalah Yosua yang dipimpin Roh Kudus untuk menambahkan ayat itu berdasarkan Yosua 24:26.1
Kejadian 36:31 menyebut “ raja-raja yang memerintah di tanah Edom, sebelum ada seorang raja memerintah atas orang Israel. ” Hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa kini sudah ada seorang raja yang memerintah Israel. Karena Saul adalah raja pertama Israel, maka dikemukakan suatu tanggal penulisan sesudah tahun 1000 sM. Orang dapat saja mengatakan bahwa Musa mengetahui akhirnya Israel akan memiliki sorang raja (bdg. Kej. 17:6; Ul. 17:14-20), tetapi mungkin hal ini terasa dipaksakan. Mungkin sekali seorang editor yang kemudian menambahkan catatan ini selama periode kerajaan.2
Dalam kitab Ulangan pasal 31 penulis mencatat bahwa “ Hukum Taurat ” dituliskan oleh Musa dalam suatu kitab dan diberikannya kepada imam-imam, dan diperintahkannya mereka membacakan kitab itu kepada umat Israel (31:9-13). Selanjutnya dia perintahkan supaya “ Kitab Hukum taurat ” diletakkan di samping tabut perjanjian sebagai kesaksian (31:24-26). Maka cocok sekali dengan berita ini, bahwa penguasa yang kemudian harus membuat salinan Kitab ini, yang disalin dari kitab yang dimiliki oleh para imam (17:18 dab). Dari sini agak kelihatan, bahwa kitab yang ditulis oleh Musa tidak memuat pasal 31-34; memang kedua pasal terakhir jelas ditambahkan sesudah kematiannya.3
Namun ada juga tokoh-tokoh yang menganggap bahwa Musa sendirilah yang menulis kisah kematiannya, dan di antaranya termasuk 2 orang tokoh yaitu Filo dan Yosefus yang menerima hal tersebut.4 Bahkan ada seorang tokoh yang bernama Andreas Bodenstein (1480-1541) yang menganjurkan bahwa jika bukan Musa yang menulis kisah kematiannya dalm Ulangan pasal 34, maka itu berarti ia juga tidak menulis sesuatu pun dari Pentateukh itu, karena Ulangan 34 memiliki gaya sastra yang sama dengan bagian-bagian lain dari Pentateukh.5
Dan menurut saya sendiri, bahwa catatan kematian Musa ini ditulis oleh Musa sendiri. Alasan saya selain karena Ulangan 34 memiliki gaya sastra yang sama dengan bagian-bagian lain dari Pentateukh, saya menganggap bahwa bisa saja Musa diinspirasi oleh Roh Kudus mengenai hal kematiannya sendiri. Karena semua penulis Alkitab diinspirasi oleh Roh Kudus di dalam menulis Firman Allah, begitu pula dengan Musa di dalam menulis kitab Pentateukh. Jadi, Musa mencatat/menulis semua yang diinspirasikan oleh Roh Kudus pada dirinya termasuk mengenai kematiannya.
Dan kalau seandainya catatan mengenai kematian Musa ditulis oleh orang lain, entah Yosua, Eleazar, Ezra, atau orang yang lain, berarti ada petunjuk bahwa kitab Pentateukh ini tidak semuanya ditulis oleh Musa dan itu akan sangat mempengaruhi kepenulisan Musa terhadap seluruh kitab Pentateukh. Sedangkan menurut saya bahwa kitab Pentateukh ditulis oleh Musa secara keseluruhan.
1 Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh, Malang: Gandum Mas, 1998, hal. 74-75.
2 W. Lasor dkk, Old Testament Survey, yang dipadukan dengan Ronald Youngblood, Faith of Our Fathers, oleh Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh, hal. 75.
3 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, Jakarta: YKBK, 2003, hal. 522.
4 Ibid., hal.522.
5 Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh, hal. 78.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar