Kamis, 07 Februari 2008

DOA BAPA KAMI

DOA BAPA KAMI

(Matius 6: 9-13)


  1. Pendahuluan.

Kitab Matius merupakan kitab yang berisikan laporan tentang kehidupan Yesus. Kitab ini ditulis untuk orang-orang yahudi dengan tujuan supaya mereka yakin bahwa Yesus adalah Mesias.

Kitab ini terdiri dari 28 pasal. Dan pembahasan khusus pada tulisan ini adalah pasal 6: 9-13 yang berisikan Doa Bapa Kami. Doa ini merupakan doa yang diajarkan secara langsung oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Dalam perkembangan sejarah gereja, Doa Bapa Kami sering digunakan di dalam liturgi ibadah maupun sebagai bahan pengajaran/katekisasi.1

Para Bapa-Bapa gereja juga menaruh perhatian yang cukup serius mengenai doa ini. Tertulian mengungkapkan bahwa Doa Bapa Kami merupakan Brevarium Totius Evangelii (ringkasan seluruh injil).2 Selain itu Cyrill menganggap bahwa Doa Bapa Kami sebagai Mystagogical Catechical Lectures (bahan pengajaran/katekisasi sebelum seseorang dibaptis).3

Oleh sebab itu saya mencoba untuk membahas Doa Bapa Kami ini, agar mempunyai pemahaman yang baik dan benar tentang doa ini.

  1. Kritik Teks.

  1. Originalitas teks.

Doa Bapa Kami ditulis dalam dua bagian Injil yaitu Matius dan Lukas. Di mana masing-masing penulis mengkalimatkannya dengan kalimat yang sedikit berbeda.4 Hal ini menimbulkan permasalahan manakah di antara keduanya yang lebih original, atau kitab mana yang mengutip kitab yang satunya.

Berkaitan dengan masalah tersebut saya memperhatikannya dari konteks sosial yang berbeda. Dalam konteks Matius Doa Bapa Kami termasuk dalam rangkaian Khotbah di bukit, di mana sebagian besar isi dari khotbah ini adalah pengajaran pola hidup yang baik dan benar. Sedangkan dalam Lukas Doa Bapa Kami ditempatkan dalam konteks permohonan para murid untuk diajar bagaimana berdoa (Lukas 11:1). Jadi, kedua catatan Doa Bapa Kami yang ada di Matius dan Lukas sama-sama original dan tidak ada yang saling mengutip. Karena dengan pendengar dan lingkungan yang berbeda tentunya pembahasan pengajaran Doa Bapa Kami juga kemungkinan berbeda.

  1. Kaitan dengan doa orang Yahudi.

Permohonan-permohonan dalam Doa Bapa Kami dianggap memiliki kepararelan dengan doa-doa orang Yahudi pada masa itu, seperti doa Kaddish,5 dan Didache 8:2.6 Hal ini menimbulkan permasalahan apakah Tuhan Yesus menggunakan elemen-elemen dalam doa-doa orang Yahudi sebagai bahan pengajaran dalam Doa Bapa Kami. Cullman mengungkapkan bahwa Tuhan Yesus memang mempergunakan materi doa orang Yahudi, tetapi dengan pemahaman baru yang lebih dalam.7 Contohnya berkaitan dengan pemanggilan Allah sebagai “Bapa/Abba”, untuk menunjukkan kedekatan antara Allah dengan umat-Nya. Kata “roti” secara literal berarti makanan yang dibutuhkan sehari-hari

B. Penggunaan kata “makanan” dalam terjemahan LAI.

Penggunaan kata makanan dalam terjemahan LAI, menimbulkan permasalahan karena kata yang digunakan dalam teks aslinya yaitu ς yang berarti roti. Namun secara literal kata “roti” dapat berarti makanan yang dibutuhkan sehari-hari.8 Sehingga dalam terjemahan Indonesia bisa diganti dengan kata “makanan”. Bapa-bapa gereja menafsirkan bahwa roti ini tidak hanya berbicara tentang masalah kebutuhan fisik tetapi “roti” dipandang juga sebagai firman Tuhan,9 dengan mengacu pada penambahan kata epiousios yang sulit untuk ditafsirkan. Kata epiousios sering ditafsirkan sebagai berikut:10 (1) sesuatu yang dibutuhkan untuk eksistensi, (2) sesuatu yang dibutuhkan untuk hari ini, (3) sesuatu yang dibutuhkan untuk bekal, (4) sesuatu yang dibuthkan untuk masa depan. Kata ini mungkin berasal dari epi ten ousan hemeran yang bisa diterjemahkan “untuk hari ini”, dengan demikian lebih ke arah orientasi kebutuhan sehari-hari, karena kata epiousion sejajar dengan semeron sehingga secara literal dapat diartikan “berikan kami roti untuk hari ini”.11

  1. Struktur Doa Bapa Kami.

Berikut ini struktur Doa Bapa Kami:

Pembukaan (Matius 6: 9ab)

Permohonan “Mu” (Matius 6:9c-10)

Dikuduskanlah nama-Mu

Datanglah kerajaan-Mu

Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga

Permohonan “Kami” (Matius 6: 11-13)

Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

Dan ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami

Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat

Doxologi.

  1. Latar Belakang dan Gramatika.

Doa Bapa Kami diajarkan Tuhan Yesus dalam nuansa kehidupan religius masyarakat Yahudi. Masyarakat Yahudi pada masa itu juga memiliki banyak model doa dan doa mereka biasanya dalam bentuk formula yang diajarkan oleh para Rabi.12 Namun demikian adalah Doa Bapa Kami adalah doa yang eksklusif, karena di dalamnya ada penyebutan kata Bapa yang jarang/bahkan tidak ada dalam doa-doa orang Yahudi pada masa itu.13 Sebab bagi orang Yahudi sebutan Allah sebagai Bapa memiliki makna yang sangat dalam karena menunjuk kepada Allah yang Maha Tinggi,14 sehingga sebutan ini jarang dipakai dalam doa-doa mereka.

  1. Pembukaan.

Doa ini diawali dengan perintah “karena itu berdoalah demikian”. Kata “demikian” dapat diartikan “dengan cara ini/berikut”,15 yang kemudian digabung dengan kata “berdoalah” dengan kasus “present imperatif” yang menyatakan suatu aktivitas yang terus menerus dibiasakan. Jadi perintah awal ini bisa diartikan sebagai berikut “biasakanlah berdoa dengan cara ini/berikut.”

  1. Pemahaman “tiga permohonan-Mu”.

  1. Permohonan “Mu” pertama (agiastheto to onoma sou).

Permohonan ini dimulai dengan kata agiastheto yang berasal dari kata kerja agiazo yang memiliki beberapa arti sebagai berikut:16 (a) bila berkaitan dengan benda maka berarti benda tersebut dipisahkan untuk tujuan ritual (Keluaran 29:27; Matius 23:17,19; I Timotius 4:5). (b) bila berkaitan dengan pribadi hal ini berarti menyucikan atau mempersembahkan (Keluaran 28:41; I Korintus 6:11). Bila kata ini diterapkan pada Allah maka berarti memperlakukan Allah secara kudus dan terhormat.17 Ketika Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya untuk menguduskan nama Allah, berarti mereka harus mengakui nama Allah yang kudus, dan memuliakan nama Allah.

  1. Permohonan “Mu” kedua (heltheto he basileia sou)

Kata basileia secara formal menunjukkan keadaan natur atau kondisi dari raja yang berkuasa. Allah adalah raja yang berkuasa atas ciptaan-Nya.18 Permohonan kedua ini didasari atas pemikiran pengharapan eskatologis PL tentang kerajaan Allah. Jadi Tuhan Yesus mengajarkan kepada para muridnya tentang pengharapan penggenapannya sambil mengakui bahwa kerajaan tersebut telah datang dan berdoa untuk penyataannya di masa yang akan datang.

  1. Permohonan “Mu” ketiga (genetheto to thelema sou os en ourano kai epi ges)

Dalam permohonan ini Tuhan Yesus menekankan tentang kehendak Bapa. Kata thelema muncul sebanyak 62 kali dalam PB dan dipakai menunjuk pada:19 (1) kehendak Kristus yang ditinggikan (Kis 21:14; Efesus 5:17); (2) kehendak setan (I Timotius 2:26); (3) kehendak manusia. Di mana dalam teks ini kata “kehendak” mengacu pada kehendak Bapa yang di surga dan pada rencana ilahi yang disingkapkan dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Jadi Tuhan Yesus mengajarkan para muridnya untuk sepenuhnya mengikatkan diri pada Allah selama mereka hidup karena kedaulatan Allah yang mengikat baik di bumi dan di surga.20

  1. Pemahaman tiga permohonan “Kami”.

  1. Permohonan “kami” pertama (ton arton hemon ton epiousion dos hemin semeron).

Kata epiousios yang berarti pada hari berikutnya/esok hari,21 memiliki dimensi eskatologis. Jadi permohonan ini juga bisa diartikan “berikanlah kami roti untuk esok hari”. Dengan demikian permohonan “roti” ini mengandung aspek untuk masa sekarang yaitu pemenuhan hidup sehari-hari, tetapi juga masa yang akan datang yaitu “roti eskatologi/perjamuan”.

  1. Permohonan “Kami” kedua (kai ophes hemin ta opheilemata hemon os kai hemeis aphekamen tois opheiletais hemon).

Permohonan ini memiliki hubungan dengan permohonan sebelumnya karena diawali dengan kata kai (dan). Namun demikian dalam permohonan ini ada masalah berkaitan dengan penggunaan kata aphekamen dalam kasus aorist yang berarti kami telah mengampuni. Hal ini menimbulkan pemahaman bahwa pengampunan yang Allah berikan tergantung akan usaha kita mengampuni orang lain terlebih dahulu. Ada beberapa penafsiran berkaitan dengan hal ini. (1) Jeremias menafsirkan bahwa Matius sebenarnya menggunakan bentuk present perfect Aramaik yang dapat berarti sebagai bentuk present, sehingga klausa ini dapat diartikan “seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah”.22 (2) selain itu pengampunan ini menyangkut aspek eskatologis yang terimplikasi dalam kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.23 Sehingga dari sini penulis melihat bahwa orientasi dari permohonan ini adalah kebutuhan akan pengampunan dari Allah yang mencakup untuk kepentingan hari ini dan masa yang datang, sehingga hal ini menjadi dasar bagi kita untuk mengampuni orang lain.

  1. Permohonan “kami” ketiga (kai me eiseneghes hemas eis paipasmon alla rusai hemas apo tuo ponerou).

Dalam permohonan ini ada kalimat negatif yaitu me dan aorist subjuntif eisenegkes yang secara keseluruhan dapat diartikan sebagai bentuk larangan. Yaitu satu bentuk permohonan kepada Allah agar jangan membawa ke adalam pencobaan. Pencobaan (peipasmon) secara literal dipahami sebagai situasi yang sulit untuk menguji kesetiaan seseorang.24 Tetapi dalam kasus ini peipasmon tidak ada artikelnya sehingga apakah menunjuk kepada kesukaran biasa atau tidak.25 Dan menurut penulis peipasmon tidak hanya menunjuk pada kesukaran yang biasa saja untuk saat ini, tetapi juga untuk masa yang akan datang. Dalam teks dijelaskan peipasmon datang dari tou ponerou yang menggunakan bentuk netral sehingga berarti jahat, tetapi bisa juga dalam kasus maskulin berarti “yang jahat”. Dengan demikian permohonan yang Tuhan Yesus ajarkan ini dimaksudkan untuk memohon kebebasan dari pencobaan yang iblis lakukan kepada Bapa.

  1. Doksologi (oti sou estin he basileia kai dunamis kai he doxa eis tous aionas amen)

Bentuk doksologi ini semacam ini tidak ditemukan dalam teks-teks yang tua seperti BDZ.26 Matius menggunakan doksologi dengan mengacu bahwa doksologi adalah satu bentuk umum dari doa-doa Yahudi pada masa itu. Doksologi ini memiliki makna yang dalam berkaitan dengan permohonan kepada Allah sebagai pemelihara hidup, pengampun, dan juga sebagai pelindung.

  1. Kerangka Khotbah.

Doa Bapa Kami.

  1. Pengagungan Allah dalam hubungannya dengan manusia.

  1. Kebapaan Allah yang merupakan ekspresi kedekatan Allah dengan anak-anak-Nya.

  2. Pribadi Allah yang kudus sebagai dasar bagaimana kita sebagai anak-anak-Nya berperilaku dan bertindak dalam hidup ini.

  3. Kekuasaan Allah yang bersifat mutlak dan mulia di mana kita di dalamnya bisa turut mengambil bagian dalam kerajann-Nya.

  4. Kehendak Allah yang bersifat mengikat, di mana sebagai orang-orang percaya kita harus sepenuhnya menundukkan diri dan taat kepada-Nya.

  1. Permohonan kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia yang mencakup:

  1. kebutuhan pengampunan dosa dari Allah yang menjadi dasar bagi pengampunan orang lain.

  2. Kebutuhan hidup sehari-hari dan masa yang akan datang.



1 William White Jr, “The Lord’s Prayer” in Merryl C. Tenney, ed, The Zondervan Pictorial Encyclopedia of The Bible vol.3, Grand Rapids Michigan: Zondervan Publishing House, 1978, hlm. 972.

2 Ulrich Luz, A Commentary Mathew 1-7, Minneapolis: Ausburg, 1989, hlm. 372.

3 Joachim Jeremias, The Lord’s Prayer, Philladelphia: Fortress Press, 1980, hlm. 1.

4 Ibid., hlm. 6.

5 Dalam permohonan doa Kaddish juga ditemukan permohonan sentral, yang juga diungkapkan Tuhan Yesus dalam Doa Bapa Kami, yaitu “Datanglah Kerajaan-Mu” dan juga penunjukkan Allah dengan “Bapa Kami yang di Surga”. Rudolf Schnackenburg, All Things Are Possible To Belivers, Louisville Kentucky: Westminster John Knox Press, 1995, hlm. 68.

6 Dalam Didache 8:2 menambahkan bagian akhir teks dengan perkataan hoti sou estin he basileia kai (sebab kepunyaan-Mu lah kerajaan dan ………..). William White Jr. The Lord’s Prayer, hlm. 972.

7 Oscar Cullman, Prayer in The New Testament, Minneapolis: Fortress Press, 1995, hlm. 41.

8 Gerhard Kittel, ed, Theology Dictionary of The New Testament vol. 1, Grand Rapids Michigan: WM.B Eerdmans Publishing Company, 1978, hlm. 477.

9 D.A Carson, Matthew, hlm. 171.

10 William White Jr, The Lord’s Prayer, hlm. 975.

11 Donald Hagner, Word Biblical Commentary Matthew 1-13, Dallas: Waco Books Publishers, 1993, hlm. 149-150.

12 Peter Wongso, Makna Kekinian Doa Bapa Kami, Malang: SAAT, 2000, hlm. 13.

13 Oscar Cullman, Prayer in The New Testament, hlm. 41.

14 G.T Manley “Allah” in Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L, Jakarta: YKBK, 1995, hlm. 35.

15 Cleon L Rogers Jr & Cleon Rogers III, The New Linguistic and Exegetical Key to The Greek New Testament, Grand Rapids Michigan: Zondervan Publishing House, 1998, hlm. 13.

16 Blass, Debruner & Funk, A Greek Grammar of The New Testament and Other Early Christian Literature, Chicago: Chicago UP, 1961, hlm. 9.

17 Cleon L Rogers Jr & Cleon Rogers III, The New Lingustic and Exegetical Key to The Greek New Testament, hlm. 13.

18 Dalam keseluruhan PB ditemukan keyakinan bahwa Allah adalah raja yang berkuasa dimana konsep ini berpusat pada ungkapan “Kerajaan Allah” atau “Kerajaan Surga”. Donald Gutrie, Teologi Perjanjian Baru I, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, hlm. 56.

19 M Limbeck dalam Θελεμα Horst Balz & Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary of The New Testament vol. II, Grand Rapids Michigan: Eerdmans, 1981, hlm. 137.

20 Donald Hagner, Word Biblical Commentary Matthew 1-13, hlm. 148.

21 Cleon L Rogers Jr & Cleon Rogers III, The New Linguistic and Key New Testament, hlm. 13.

22 D.A Carson, Matthew, hlm. 174.

23 Donald Hagner, Word Biblical Commentary Matthew 1-13, hlm. 150.

24 Ibid., hlm. 151.

25 Ulrich Luz, A Commentary Matthew 1-7, hlm. 384.

26 Davies & Dale C Allison, The International Critical Commentary Matthew, Edinburg: T & T Clark, 1988, hlm. 615.

Tidak ada komentar: